Banyak peninggalan lingkungan buatan atau bangunan berserta lingkungan disekitarnya yang dibangun oleh nenek moyang, suku bangsa jawa maupun suku bangsa lain yang dibuat pada masa yang lalu, ternyata mempunyai nilai arsitektural yang sangat tinggi. Berkaitan dengan nilai arsitektural itu, satu atau beberapa bangunan tidak dapat dipandang sebagai sebuah benda mati, sehingga objek itu perlu dilihat dari tiga segi, yaitu segi artefaktual, sikap/prilaku dan pola pikir dari orang atau masyarakat bersangkutan.
Bangsa lain menganggap bahwa kehidupan budaya jawa merupakan atraksi yang menarik, yang tidak merak jumpai ditempat-tempat lain, termasuk dinegaranya sendiri. Atraksi itu dapat digolongkan kepada atraksi kehidupan berupa kehidupan adat dengan perkembangan keseniannya dan hasil karya budaya dalam bentuk artefak berupa benda pada skala kecil dan bangunan beserta lingkungannya pada skala besar.
NILAI ARTEFAKTUAL
Bangsa lain menganggap bahwa kehidupan budaya jawa merupakan atraksi yang menarik, yang tidak merak jumpai ditempat-tempat lain, termasuk dinegaranya sendiri. Atraksi itu dapat digolongkan kepada atraksi kehidupan berupa kehidupan adat dengan perkembangan keseniannya dan hasil karya budaya dalam bentuk artefak berupa benda pada skala kecil dan bangunan beserta lingkungannya pada skala besar.
NILAI ARTEFAKTUAL
Arsitektur yang memberikan penilaian tinggi pada artefak, bahwa artefak
adalah sosok fisik bangunan tempat tinggal yang dimaksudkan oleh sekelompok
manusia berbudaya. Mereka perlu beranggapan bahwa bangunan itu bukanlah benda
mati semata-mata, berarti bangunan itu adalah sebagian hidup dari manusia itu.
Arsitektur jawa yang ada
di indonesia sebagian terbesar diterapkan pada bangunan rumah tinggal dan
sebagian yang lain adalah bangunan peribadatan, makam atau monumen leluhur,
pasar atau sejenis bangunan yang lekat sekali pada kehidupan sehari-hari suku
bangsa jawa.
Kegiatan yang biasa
diorganisasikan seperti sebuah lembaga yang memerlukan dukungan banyak orang,
mebutuhkan sarana ruang dan gedung serta lingkungan disekitarnya yang berbeda
dengan kegiatan hidup seperti layaknya berumah tangga. Dengan demikian
berubahlah fungsi utama bangunan dari rumah menjadi bangunan lain, mereka
membangun gedung perkantoran, tempat rekreasi, terminal angkutan, gedung
pertahanan dan pergudangan serta pabrik.
Rumah Jawa asli desa |
Rumah Jawa Modern |
Masjid Agung Demak Tempat Ibadah berarsitektur Jawa |
NILAI SIKAP-PERILAKU
Asitektur bertitik-tolak pada kaidah hidup, bahwa kaidah hidup itu adalah
salah satu dari sistem daur ulang (cyclus) perkembangan mental atau kepribadian
seseorang. Perilaku hidup membentuk ekologi manusia, yang selanjutnya
merumuskan kebutuhan fisik manusia itu sendiri. Pengalaman melakukan hubungan interpersonal akan membentuk
pandangan hidup manusia, yang didalamnya terdapat:
- Sistem
pengembangan pada kepercayan diri
- Sistem
pengembangan pada kreativitas
- Sistem
pengembangan etika
- Sistem
pengembangan estetika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar