Setelah
memahami setiap sub bab dari materi arsitek lingkungan, kemudian dapat
diringkas dan dihubungkan satu sama lain menjadi sebuah rangkuman yang ringkas.
Arsitektur
berwawasan lingkungan atau yang lebih sering disebut eko-arsitektur adalah
pembangunan yang memanfaatkan lingkungan alam dan menciptakan lingkungan yang
seimbang dan tidak mengganggu ekosistem yang ada.
Dasar-dasar
dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah dengan memahami kondisi
iklim yang ada, mengerti material dan bahan yang digunakan yang dapat menghemat
energi, orientasi bangunan yang dapat memanfaatkan bukaan yang dapat
meminimalisir penggunaan energi seperti listrik.
Pembangunan
yang beorientasi kepada memanfaatkan energi alam atau energi yang dapat
diperbaharui inilah muncul istilah green
construction. Munculnya istilah ini menyadarkan arsitek untuk berkonsep,
mendesain, dan membangun bangunan yang bersifat go green, dimana penggunaan energi pada bangunan semaksimal mungkin
menggunakan energi dari alam seperti matahari, angin, air, dll.
Sekarang
ini para arsitek mulai mendesain dan membangun “Bangunan Hemat Energi”. Beberapa
contoh bangunan hemat energi ini seperti:
1.
GEDUNG
THE WESTARKADE KFW
Gedung
yang dioperasikan sebagai kantor bank. Didesain ramping yang sesuai dengan
keadaan lingkungan dan iklim yang ada, menggunakan ventilasi alami dengan
sistem dinding dua lapis. Kantor bank ini mengonsumsi energi sekitar 7 kilowatt jam per kaki persegi atau 77,78 kilowatt jam per meter per segi, per tahun
2.
JAPAN
DOME HOUSE
Rumah
berbentuk kubah ini dibangun dengan bahan dasar styrofoam. Jepang yang
merupakan negara yang sering kali mengalami gempa, memanfaatkan bahan styrofoam
sebagai bahan dasar rumah ini yang tahan gempa. Selain itu dapat mengurangi
panas sehingga tidak perlu menggunakan AC, serta sirkulasi udara yang baik.