DEFINISI
EKOLOGI
Istilah Ekologi
diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa Yunani, yaitu:
Oikos = Tempat Tinggal (rumah) Logos = Ilmu, telaah. Oleh karena itu Ekologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan
sesamanya dan dengan lingkungnya. Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah
suatu studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai
bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi
pada waktu dan tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, biomassa,
penyebaran materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia
lainnya yang menciptakan keadaan sistem tersebut.
ARSITEKTUR
YANG SADAR AKAN LINGKUNGAN
Arsitektur yang sadar akan lingkungan adalah bidang yang
memengaruhi usaha dalam kelanjutan, keselarasan, interaksi, dan hubungan
timbal-balik antara ekologi dengan manusia yaitu menyangkut masalah:
- · Mendaur ulang sumber bahan baku alam
- · Pemeliharan dan perawatan biosfer
- · Mentransformasikan energi secukupnya secara ekonomis
Saat ini hampir semua gedung-gedung
pencakar langit menggunakan bahan-bahan sintetis canggih seperti kaca dan
alumunium yang bersifat pada dan tidak berpori sehingga menghambat sirkulasi
dan pada akhirnya menggunakan penghawaan AC. Serta penggunaan langit-langit
yang tipis dengan permukaan licin dan keras yang tidak dapat meredam suara dan
panas. Sadar akan hal ini, seorang arsitek harus memerhatikan hal-hal seperti:
- · Perencanaan arsitektur
- · Penenetuan struktur dan konstruksi
- · Pemilihan material
- · Pengetahuan ekologi
EKO-ARSITEKTUR
Dalam pandangan
eko-arsitektur gedung dianggap sebagai makhluk atau organik, berarti bahwa
bidang batasan antara bagian luar dan dalam gedung tersebut, yaitu dinding,
lantai, dan atap dapat dimengerti sebagai kulit ketiga manusia (kulit manusia
sendiri dan pakaian sebagai kulit pertama dan ke dua). Dan harus melakukan
fungsi pokok yaitu bernapas, menguap, menyerap, melindungi, menyekat, dan
mengatur (udara, kelembaban, kepanasan, kebisingan, kecelakaan, dan
sebagainya). Oleh karena itu sangat penting untuk mengatur sistem hubungan yang
dinamis antara bagian dalam dan luar gedung. Dan eko-arsitektur senantiasa
menuntut agar arsitek (perencana) dan penguna gedung berada dalam satu landasan
yang jelas.
Prinsip-prinsip
ilmu ekologi dalam perancangan arsitektur (Batel Dinur, Interweaving
Architecture and Ecology - A theoritical Perspective) :
1. FLUKTUASI
Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa
bangunan didisain dan dirasakan sebagai tempat membedakan budaya dan hubungan
proses alami. Bangunan seharusnya mencerminkan hubungan proses alami yang
terjadi di lokasi dan lebih dari pada itu membiarkan suatu proses dianggap
sebagai proses dan bukan sebagai penyajian dari proses, lebihnya lagi akan
berhasil dalam menghubungkan orang-orang dengan kenyataan pada lokasi tersebut.
2. STRATIFICATION
Prinsip stratifikasi menyatakan bahwa
organisasi bangunan seharusnya muncul keluar dari interaksi perbedaan
bagian-bagian dan tingkat-tingkat. Semacam organisasi yang membiarkan
kompleksitas untuk diatur secara terpadu.
3. INTERDEPENDENCE
(SALING KETERGANTUNGAN)
Menyatakan bahwa hubungan antara
bangunan dengan bagiannya adalah hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan
pemakai) seperti halnya lokasi tidak dapat dipisahkan dari bagian bangunan,
saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-bagiannya berkelanjutan
sepanjang umur bangunan.
Eko arsitektur menonjolkan arsitektur
yang berkualitas tinggi meskipun kualitas di bidang arsitektur sulit diukur dan
ditentukan, takada garis batas yang jelas antara arsitektur yang bermutu tinggi
dan arsitektur yang biasa saja. Fenomena yang ada adalah kualitas arsitektur
yang hanya memperhatikan bentuk dan konstruksi gedung dan cenderung kurang
memperhatikan kualitas hidup dan keinginan pemakainya, padahal mereka adalah
tokoh utama yang jelas.
DASAR-DASAR
EKO-ARSITEKTUR
1. HOLISTIK
Eko-Arsitektur mengandung bagian-bagian
dari arsitektur biologis (arsitektur kemnusiaan yang memperhatikan kesehatan),
arsitektur alternatif, arsitektur matahari (dengan memanfaatkan energi surya),
arsitektur bionik (teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan kesehatan
manusia), serta biologi pembangunan. Maka istilah eko-
arsitektur adalah istilah holistik yang
sangat luas dan mengandung semua bidang.
2. MEMANFAATKAN
PENGALAMAN MANUSIA
Kita sebagai manusia tentunya sudah
memiliki banyak pengalaman. Sebagai seorang arsitek kita harus belajar dari
pengalaman manusia kita, dimana kita sudah melihat banyak sekali
bencana-bencana alam yang diakibatkan dari maraknya pembangunan yang tidak
memerhatikan lingkungan. Dari pengalaman inilah, kita dapat memperbaiki dan
mulai membangun dengan memerhatikan keseimbangan dengan alam.
3 3. PEMBANGUNAN
SEBAGAI PROSES BUKAN SEBAGAI KENYATAAN TERTENTU YANG STATIS
4. KERJA
SAMA ANTARA MANUSIA DENGAN ALAM DEMI KESEIMBANGAN DAN TERJAGANYA BUMI
5. HEMAT
ENERGI
6. PENGGUNAAN
MATERIAL YANG RAMAH LINGKUNGAN
7. MEMERHATIKAN
IKLIM SEKITAR
Sebagai seorang arsitek kita tidak
terlepas dari kehidupan di sekitar kita, maka dari itu kita juga harus
memerhatikan ekologi, ekosistem yang ada di sekitar kita. Mulai membangun
kerjasama dan tetap menjaga keseimbangan alam demi generasi selanjutnya.
Membangun suatu yang indah dipandang mata, arsitektural namun tidak terlepas
dari hubungan dengan alam disekitarnya.