JAM AKU :)

Jumat, 25 Oktober 2013

PRINSIP-PRINSIP ILMU EKOLOGI DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR

DEFINISI EKOLOGI
Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa Yunani, yaitu: Oikos = Tempat Tinggal (rumah) Logos = Ilmu, telaah. Oleh karena itu Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan dengan lingkungnya. Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistem menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara), energi, serta faktor-faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan sistem tersebut.

ARSITEKTUR YANG SADAR AKAN LINGKUNGAN
          Arsitektur yang sadar akan lingkungan adalah bidang yang memengaruhi usaha dalam kelanjutan, keselarasan, interaksi, dan hubungan timbal-balik antara ekologi dengan manusia yaitu menyangkut masalah:
  • ·         Mendaur ulang sumber bahan baku alam
  • ·         Pemeliharan dan perawatan biosfer
  • ·         Mentransformasikan energi secukupnya secara ekonomis

Saat ini hampir semua gedung-gedung pencakar langit menggunakan bahan-bahan sintetis canggih seperti kaca dan alumunium yang bersifat pada dan tidak berpori sehingga menghambat sirkulasi dan pada akhirnya menggunakan penghawaan AC. Serta penggunaan langit-langit yang tipis dengan permukaan licin dan keras yang tidak dapat meredam suara dan panas. Sadar akan hal ini, seorang arsitek harus memerhatikan hal-hal seperti:
  • ·         Perencanaan arsitektur
  • ·         Penenetuan struktur dan konstruksi
  • ·         Pemilihan material
  • ·         Pengetahuan ekologi


EKO-ARSITEKTUR
Dalam pandangan eko-arsitektur gedung dianggap sebagai makhluk atau organik, berarti bahwa bidang batasan antara bagian luar dan dalam gedung tersebut, yaitu dinding, lantai, dan atap dapat dimengerti sebagai kulit ketiga manusia (kulit manusia sendiri dan pakaian sebagai kulit pertama dan ke dua). Dan harus melakukan fungsi pokok yaitu bernapas, menguap, menyerap, melindungi, menyekat, dan mengatur (udara, kelembaban, kepanasan, kebisingan, kecelakaan, dan sebagainya). Oleh karena itu sangat penting untuk mengatur sistem hubungan yang dinamis antara bagian dalam dan luar gedung. Dan eko-arsitektur senantiasa menuntut agar arsitek (perencana) dan penguna gedung berada dalam satu landasan yang jelas.
        Prinsip-prinsip ilmu ekologi dalam perancangan arsitektur (Batel Dinur, Interweaving Architecture and Ecology - A theoritical Perspective) :
1. FLUKTUASI

Prinsip fluktuasi menyatakan bahwa bangunan didisain dan dirasakan sebagai tempat membedakan budaya dan hubungan proses alami. Bangunan seharusnya mencerminkan hubungan proses alami yang terjadi di lokasi dan lebih dari pada itu membiarkan suatu proses dianggap sebagai proses dan bukan sebagai penyajian dari proses, lebihnya lagi akan berhasil dalam menghubungkan orang-orang dengan kenyataan pada lokasi tersebut.
2. STRATIFICATION

Prinsip stratifikasi menyatakan bahwa organisasi bangunan seharusnya muncul keluar dari interaksi perbedaan bagian-bagian dan tingkat-tingkat. Semacam organisasi yang membiarkan kompleksitas untuk diatur secara terpadu.
3.   INTERDEPENDENCE (SALING KETERGANTUNGAN)

Menyatakan bahwa hubungan antara bangunan dengan bagiannya adalah hubungan timbal balik. Peninjau (perancang dan pemakai) seperti halnya lokasi tidak dapat dipisahkan dari bagian bangunan, saling ketergantungan antara bangunan dan bagian-bagiannya berkelanjutan sepanjang umur bangunan.
Eko arsitektur menonjolkan arsitektur yang berkualitas tinggi meskipun kualitas di bidang arsitektur sulit diukur dan ditentukan, takada garis batas yang jelas antara arsitektur yang bermutu tinggi dan arsitektur yang biasa saja. Fenomena yang ada adalah kualitas arsitektur yang hanya memperhatikan bentuk dan konstruksi gedung dan cenderung kurang memperhatikan kualitas hidup dan keinginan pemakainya, padahal mereka adalah tokoh utama yang jelas.

DASAR-DASAR EKO-ARSITEKTUR
 1.  HOLISTIK

Eko-Arsitektur mengandung bagian-bagian dari arsitektur biologis (arsitektur kemnusiaan yang memperhatikan kesehatan), arsitektur alternatif, arsitektur matahari (dengan memanfaatkan energi surya), arsitektur bionik (teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan kesehatan manusia), serta biologi pembangunan. Maka istilah eko- arsitektur adalah istilah holistik yang sangat luas dan mengandung semua bidang.
2.  MEMANFAATKAN PENGALAMAN MANUSIA

Kita sebagai manusia tentunya sudah memiliki banyak pengalaman. Sebagai seorang arsitek kita harus belajar dari pengalaman manusia kita, dimana kita sudah melihat banyak sekali bencana-bencana alam yang diakibatkan dari maraknya pembangunan yang tidak memerhatikan lingkungan. Dari pengalaman inilah, kita dapat memperbaiki dan mulai membangun dengan memerhatikan keseimbangan dengan alam.
3    3. PEMBANGUNAN SEBAGAI PROSES BUKAN SEBAGAI KENYATAAN TERTENTU YANG STATIS
  4. KERJA SAMA ANTARA MANUSIA DENGAN ALAM DEMI KESEIMBANGAN DAN TERJAGANYA BUMI
      5. HEMAT ENERGI
      6. PENGGUNAAN MATERIAL YANG RAMAH LINGKUNGAN
      7. MEMERHATIKAN IKLIM SEKITAR


Sebagai seorang arsitek kita tidak terlepas dari kehidupan di sekitar kita, maka dari itu kita juga harus memerhatikan ekologi, ekosistem yang ada di sekitar kita. Mulai membangun kerjasama dan tetap menjaga keseimbangan alam demi generasi selanjutnya. Membangun suatu yang indah dipandang mata, arsitektural namun tidak terlepas dari hubungan dengan alam disekitarnya.